Harga Beras Naik? Ini Cerita dari Sawah Sampai Meja Makan!

Sumber gambar: https://katarakyat.my.id

Hai semuanya! Lagi-lagi kita ngomongin harga beras, ya? Beneran bikin kepala pusing deh. Beberapa waktu lalu, aku baca berita soal kenaikan harga beras yang lagi jadi perbincangan hangat. Ternyata, masalahnya nggak sesederhana yang kita bayangkan. Ini bukan cuma soal “harga naik, ya sudah”. Ada cerita panjang di baliknya, dari para petani sampai ke meja makan kita.

Dari Sawah Sampai Meja Makan: Kenapa Harga Beras Naik?

Jadi, gini ceritanya. Aku dapet info dari sebuah rapat koordinasi—yang untungnya aku sempet ikutin lewat YouTube—bahwa para pengusaha penggilingan padi lagi minta pemerintah naikin Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah. Alasannya? HPP gabah kering panen (GKP) yang sekarang Rp 6.500 per kg, menurut mereka, terlalu rendah dan nggak nutup biaya penggilingan. Bayangkan, mereka udah keluar biaya besar untuk proses penggilingan, tapi untungnya tipis banget!

Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Pak Andriko Noto Susanto, sampe bilang gini, “Pelaku usaha penggilingan dan mitra Bulog mengusulkan penyesuaian harga GKG karena penerapan harga GKP Rp6.500 per kg berdampak pada biaya penggilingan dan HET (harga eceran tertinggi) beras di tingkat konsumen.” Nah, kan!

Ini artinya apa? Artinya, kalau HPP GKP-nya rendah, pengusaha penggilingan rugi. Kalau mereka rugi, mereka bisa aja mengurangi produksi atau bahkan tutup usaha. Dan tebak apa yang terjadi selanjutnya? Benar, harga beras di pasar bisa makin melambung tinggi! Kita semua yang jadi korbannya.

Lebih dari Sekedar Angka: Dampak yang Kita Rasakan

Buat kita, ini bukan cuma soal angka-angka di berita ekonomi aja. Ini soal makanan pokok kita sehari-hari! Bayangkan, kalau harga beras terus naik, berapa banyak pengeluaran rumah tangga kita yang bakal terbebani? Apalagi buat keluarga dengan ekonomi terbatas, kenaikan harga beras ini bisa jadi pukulan telak. “Ini bukan sekadar masalah ekonomi, tapi juga masalah keadilan sosial,” begitu pikirku.

Aku sendiri merasakan banget bagaimana kenaikan harga bahan pokok, termasuk beras, bisa bikin dompet menjerit. Memang sih, kita bisa cari alternatif, tapi tetep aja beras masih jadi makanan utama di rumah. Susah juga mau ngurangin konsumsi beras, apalagi kalau anak-anak udah terbiasa makan nasi.

Harapan Kita ke Depan

Yang bikin aku prihatin adalah, sampai saat ini, pemerintah belum menetapkan HPP untuk gabah kering giling (GKG). Jadi, posisi para pengusaha penggilingan padi ini jadi sangat rentan. Semoga pemerintah bisa segera menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan, yang nggak cuma menguntungkan pengusaha, tapi juga melindungi konsumen seperti kita.

Semoga juga ada solusi jangka panjang untuk menstabilkan harga beras. Mungkin dengan meningkatkan produktivitas pertanian, memberikan bantuan kepada petani, atau bahkan mencari alternatif sumber pangan. Kita butuh solusi yang komprehensif, bukan hanya tambal sulam. Karena, sejujurnya, masalah harga beras ini nggak bisa dianggap remeh. Ini soal perut kita semua!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top